Selasa, 18 November 2008

Cerpen: Ruang Kosong Dalam Lubuk Hati


Oleh : Djokays ( Joko Sarjono )

Sepertinya sudah tak tercium lagi wangi parfume di ruang kamar Karto, padahal kemarin ia masih merasa mencium wangi perfume. Wangi perfume itu juga biasa menyeruak ke ruang-ruang lain selain ruang kamar tidur mereka yang ada di rumah itu .

Sudah lima tahun Karti pergi. Sejak Karti dibawa lari pria lain, Karto belum berminat lagi beristrikan seorang perempuan pengganti Karti. Kehidupan selama lima tahun itu ia terus jalani dengan selalu dihantui pertanyaan; mengapa ? mengapa ? dan mengapa ?

Ia duduk di suatu bangku di sudut kamar tidur sambil mendengarkan lagu-lagu blues yang membawanya kepada kedalaman hatinya yang luka, ia merasakan luka itu semakin dalam menggerogoti hatinya, sakit hati, dendam dan kecewa masih saja bergejolak dalam batinnya padahal sudah lima tahun hal itu berlangsung.

Something told me it was over,
when I saw you and ( him ) walking

………………………………

I’d rather go blind than to see you walk away from me

(Jordan and Foster)

Lagu I’d rather go blind nya Jordan and foster itu sepertinya membuka luka lama. Saat itu juga ia tengah memperhatikan beberapa photo dalam album photo lama yang mengingatkan kebahagiannya bersama seseorang yang pernah mengisi sebagian belahan hatinya. Ia pun memasuki perenungan sejarah hidupnya, perasaanya, kegembiraanya, kesedihannya serta hal-hal lain yang terlintas dalam benaknya.

Dalam perjalanan hidup sesungguhnya lima tahun bukanlah waktu yang pendek namun bagi Karto peristiwa itu seperti baru saja terjadi kemarin. Hati Karto memang terluka dipenuhi pertanyaan yang hingga kini masih belum terjawabkan. Ia merasa bahwa dunia seakan sudah tidak menyisihkan kebahagian untuknya lagi. Namun ia harus berusaha untuk tetap tegar menghadapi semua ini. Ia memastikan bahwa hal pasti ada hikmahnya.

Lagu lainnyapun menyusul ternyata makin dalam ia telah memasuki ruang kosong di dalam lubuk hatinya, bahkan ruang di mana ia sekarang berada pun mendukung kekosongan dirinya.

Loneliness is your only friend
A broken heart that just won’t mend
Is the price you pay
It’s hard to take when love grows old
The days are long and the night turn cold
When it fade away
……..

Empty rooms
Where we learn to live without love
Empty rooms
Where we learn to live without love

…….

Empty Room , Gary Moore

♥♥♥♥

Hari itu entah mengapa kerinduan dan hasrat mengenang begitu menguasai dirinya, Karto teringat dengan perempuan yang pernah hidup bersama dirinya selama lima tahun itu. Karto kangen dengan wewangian yang memancar dari tubuh sintal Karti.

Karto sebenarnya figur pria setia, sopan dan kalem. Ia tidak banyak bicara. Karni lah perempuan yang sungguh-sungguh ia cintai. Karti begitu smart, wawasannya luas dan juga pandai bergaul. Karto pun dulu disukai oleh banyak perempuan karena ketampaannya.

Karto dan Karti adalah dua orang mantan aktivis yang menekuni teater kampus sebagai ajang mengekpresikan diri mereka Secara perlahan serta mendalam Karto benar-benar jatuh cinta dengan Karti, seorang perempuan yang nama lengkapnya Sukartini. Yang aneh nya nama perempuan itu, hampir mengarah pada namanya, hanya dibedakan dangan dua huruf vocal: i dan o. Mereka merasa mungkin kedekatan nama mengarah pada kedekatan jodoh. Mereka toh saling menyukai kala itu.

After you, there won’t be another else 2X
Yes, I’m so tired of worrying, and I’m sleeping by myself
After you, you know the sun shine no more 2X
Yes, I’m so tired of worrying, being drifted door to door
Yes, I get up this morning, can’t control my mind

………

( After You there won’t be another else ; Homesick James )

♥♥♥♥

Karto sekarang mempertanyakan apa itu kesetiaan. Sudah cukup aku bersabar. Mengapa aku harus menunggu sesuatu yang tidak pasti, seseorang yang tidak jelas juntrungnya. Ia sudah muak menunggu. Ia sekarang mengalami kesulitan memahami cinta. Cinta itu sabar

Padahal kata cinta hanya terdiri dari lima huruf namun pemahamannya begitu luas. Kata cinta bisa berfungsi sebagai subjek, kata kerja atau objek. Sepertinya cinta bisa masuk dalam susunan yang bebas. Lihat saja kata-kata ini: cinta masuk dalam fungsinya sebagai subjek, kata kerja dan bahkan juga ke objek. Dalam struktur pernyataan kata cinta bebas memasuki ruang fungsinya.

Karto cinta Karti
Cinta
membahagiakan Karto
Karti telah menelantarkan cinta Karto

Dari pernyataan itu semua jelas kata cinta memasuki fungsinnya dalam suatu kalimat. Tentunya kita tak membahas kata cinta

Karto pernah menggunakan kata itu untuk mengungkapkan perasaannya hanya kepada perempuan yang bernama Karti itu dan kata “cinta” itu sempat mendominasi hidup bersamanya. Sebenarnya ia tidak tahu kata apa yang tepat untuk mewakili perasaannya terhadap wanita kala itu.

Ia merasa cinta itu adalah rasa suka yang mendalam pada seseorang. Pemahaman itu mungkin didapati dari teman-temannya semasa ia bersekolah dulu. Mereka saling ingin menunjukkan satu sama lain bahwa mereka bisa mendapatkan seorang perempuan. Lagi-lagi Mang Karto menjadi teringat dengan Dadang, Rahmat, Lisin, Mahmud, teman-temannya ketika di SMA. Mereka pernah mengatakan hal yang sama pada mahluk yang gender perempuan.

Ternyata memang kata itu tidak bisa mewakili perasaan mereka secara tepat persis. Mereka teman-teman Karto semuanya pun cerai. Dadang dengan satu orang anak, Rahmat dengan dua orang anak, Lisin dengan tiga orang anak, dan lebih tragis Mahmud dengan empat orang anaknya. Sebagian anak-anak mereka ada yang tinggal bersama dengan mertua mereka dan sebagian lainnya ada yang memilih tingggal bersama dengan ibu yang melahirkan mereka. Semua anak teman-teman Mang Karto entah bagaimana lebih memilih para perempuan dibandingkan para lelaki. Kemungkinan perempuan dalam perannya sebagai ibu yang melahirkan mereka lebih bisa dekat secara naluri keibuannya dibandingakan dengan seorang ayah dengan anak-anaknya

♥♥♥♥

Mang Karto beda sekali dengan teman-temannya. Ia sama sekali tidak menghasilkan “buah penerus keberadaannya”. Mungkin ini yang membuat Mak Karti pergi meninggalkannya. Mang Karto tidak setuju sekali hal tersebut dijadikan alasan bagi Mak Karti untuk meninggalkannya. Masalahnya argumentasi itu kurang kuat sama sekali. Buktinya teman-temannya toh punya ‘buah penerus keberadaan’ tetap saja harus pisah atau cerai.

Sekarang ada yang sama Mang Karto dengan teman-temannya, yaitu mereka sama-sama ditinggalkan oleh mahluk yang berjender perempuan.

♥♥♥♥

Karto sedang ada di kamar. Di kamar yang tidak ada batas yang jelas antara perasaan sedih dan senang, sakit dan nikmat, marah dan sayang, benci maupun cinta. Kamar ini menjadi saksi bagaimana pernah terjadi suatu ungkapan perasaan yang sempat diwakili oleh sebuah kata yaitu kata ‘cinta’. Sepertinya kata cinta juga menjadi suatu wadah untuk mewakili penyimpanan beratus-ratus, beribu-ribu bahkan berjuta-juta kenangan cinta yang hampir semuanya indah dari umat manusia di dunia ini.

Semua barang-barang yang ada masih tergeletak tenang di tempat yang sama. Sepertinya tidak ada perubahan sama sekali dengan ketika Karti masih tinggal di rumah bersama Mang Karto.

Hari ini hujan rintik-rintik cuaca boleh dikatakan cukup dingin. Dikenakannya mantel hangat yang sudah lusuh untuk mengusir hawa dingin yang kian menusuk tulang. Mang Karto duduk terdiam sambil memandang rintik-rintik hujan melalui kaca jendela kamar itu. Sekarang ia sudah mengubur semua kenangan lamanya bersama Karti. Kata ‘cinta’ sudah tidak bisa untuk diucapkan lagi. Mang Karto sudah sangat hancur. Hanya dirinya, perasaannya, perhatiannya, curahan hasrat kasih sayangnya yang terindah yang sempat dicurahkan Mang Karto pada Mak Karti sudah kering saat ini.

♥♥♥♥

Mang Karto tiba-tiba dikejutkan, Ia tersentak,. hampir tidak pernah ada orang mengetuk rumahnya di tengah malam lagi hujan rintik-rintik. Dengan agak malas Mang Karto bangun dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju ruang tamu. Jantungnya berdetak dengan cepat, tidak seperti biasanya, saat ini ia merasa sedikit takut.

“Siapa?” , Mang Karto bertanya kepada tamu yang tidak diundangnya. Namun tak ada jawaban dibalik pintu, hanya sesekali terdengar ketukan pelan. Ada rasa takut yang dicemari keinginan tahu Mang Karto terus perpacu dalam dadanya.

“Siapa yah, berani benar mengusik ketenangan yang sedang aku rasakan”, bisik hati Mang Karto sambil menenangkan dirinya. Diputarnya ‘grendel’ pintu perlahan-lahan dibukanya pintu itu dengan hati berdebar-debar.

Tampak olehnya wajah seorang perempuan basah kuyup dengan kain yang meneteskan air menjatuhi lantai depan pintu rumah Mang Karto. Sepertinya Mang Karto merasa tengah bermimpi. Perempuan itu adalah mahluk yang pernah hidup bersamanya. Mang Karto mengusap matanya untuk meyakinkan dirinya bahwa kejadian yang tepat dihadapinya sekarang benar-benar suatu kenyataan.

“Kar….ti ?,” ucap Mang Karto dengan setengah tidak percaya.

Mang Karto memandang Mak Karti yang hampir banyak perubahan rambutnya yang pendek tak seprti dahulu dan garis kerut-kerut diwajahnya nampak begitu mengembang seakan menyimpan suatu kekecewaan dan beban pikiran yang berat. Mak Karti menundukkan kepalanya tak mampu menatap wajah Mang Karto ditengah kebingungannya. Butir-butir air mata Karti menyatu dengan tetesan air hujan yang menerpanya. Ia tak mampu berkata apa-apa, hanya isakan tangis kecil yang tak mampu ia sembunyikan dari dalam dirinya.

Mang Karto mempersilahkan Mak Karti masuk duduk di kursi rotan di ruang tamu, cepat cepat Mang Karto mengambil handuk dan memberikannya kepada Mak Karti untuk mengeringkan tubuhnya yang basah kuyup. Mang Karto langsung membuat kan teh hangat, kebetulan termos air panas masih penuh karena baru ia isi sore itu..

Ia hampiri Mak Karti, dan berkata , ”Kenapa ?” Ada apa ? ”

“Maaf kan aku, mas. “ dengan terbata-bata ia mengucapkan kata-kata itu

Karto hanya diam, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, ia merasa kosong, hampa dan tak bisa berkata apa-apa.

Rasa ibanya hampir saja menghapus kebencian, sakit hati, dendam dan kecewa yang bergejolak dalam batinnya selama kepergiannya. Karto dibuat bingung dengan keadaan yang tidak seperti biasanya. Ia tidak mengira Karti akan datang dalam situasinya yang seperti itu. Ia malah memperkirakan bahwa Karti sudah berbahagia dengan orang lain. Bahkan dalam benaknya, Karto tidak terlintas Karti akan datang dan kembali padanya seperti dalam keadaan sekarang ini. Karto merasa kepergiannya seperti suatu kematian, yaitu tidak akan kembali hadir dalam nyata.

Karto memperhatikan Karti. Ia meminum teh hangat yang ia suguhkan untuknya. Karti meminum sedikit teh hangat itu. Karto ingat bahwa ia masih mempunyai makanan kecil di dapur. Ia pun langsung ke dapur mengambilkan makanan kecil untuk Karti, begitu ia kembali ke ruang tamu ia dikejutkan oleh hilangnya Karti, Ia pun mencari-cari ke setiap sudut ruang rumahnya tetapi Karti tidak ada. Bahkan ia sempat ke halaman rumah namun pintu pagar, masih tergembok rapat, dan kuncinya pun masih tergantung dilehernya. Karto memang biasa memakai kalung yang berbandul kunci pintu rumah dan pintu gerbang rumahnya.

Ia sempat memanggil beberapa kali untuk memastikan mungkin ia berada disekitar halaman rumah. Namun Karti tidak di temuinya

Keesokan harinya ia sempat menonton berita tentang tewasnya seorang wanita korban tabrak lari yang ciri-cirinya hampir persis sama dengan wanita yang menemuinya semalam, yaitu Karti

♥♥♥♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

You Can give your comment for my posting and thanks of the comment.

Ads

Wikipedia Search

YouTube Search

http://imgcash6.imageshack.us/img397/4715/youtubelogokr3.png