Perginya.....
Entah apa yang mesti ia kerjakan sekarang, sepertinya ia sudah mencapai puncak kebosanan dengan hidupnya. Orang terdekatnya yang sangat ia cintai dan ia sayangi telah pergi menjauh dari kehidupan rumah tangga yang sudah sempat terbina. Dua orang anak yang masih bersama membantu memampukan ia untuk tetap bertahan.
Bersama dua orang anak yang telah ditinggalkan oleh kekasih tercintanya ia mesti tetap menjalankan roda kehidupan. Memang dalam benaknya terlintas suatu pikiran untuk mempersalahkan seseorang yang telah membawa kabur suaminya. Ia masih belum bisa juga melihat kemungkinan dimana kesalahannya hingga mengakibatkan, suaminya pergi meninggalkan dirinya.
Sekarang tampak baginya kehidupan ini sebagai suatu perjuangan untuk tetap berusaha berjalan di suatu jalan setapak yang tak berujung. Ia melihat masa depan seakan bagai kabut hitam layaknya. Ia bagaikan memasuki suatu hutan rimba berkabut dan sangat asing baginya, ia tidak mampu lagi mengenal secara dalam setiap sudut kehidupan yang tengah dia jalani.
“Mimpikah aku?”, tanya perempuan itu pada dirinya sendiri.
Enam tahun kebahagian hidup bersama Mas Richo bagaikan suatu mimpi. Sepertinya baru kemarin ia merasakan cintanya, tetapi sekarang cintanya tak bersisa sedikitpun, bahkan telah berakar menjadi suatu kebencian yang semakin kuat.
Di tengah kehilanganya ia tetap mencari apa saja yang mampu membuat ia tetap bertahan.. Ia telah menemukan kebencian yang sangat kuat yang menjadikan ia begitu kuat untuk tetap bertahan:
“Aku mesti kuat”, bisik kata hatinya sambil menahan napas dalam-dalam.
Ia tatap kedua putrinya dengan perasaan pilu bagai tersayat sembilu. Ia teringat saat anak-anak masih bersama-sama dengan ayah mereka. Perempuan itu tidak mengira kepergian suaminya telah merampas paksa kebahagian itu. Dan menyisahkan kepiluan yang membuahkan kebencian yang sangat dalam di hati perempuan itu.
Ayah mereka kini telah pergi dengan kekasih barunya. Terdengar kabar bahwa ayah mereka telah menikah lagi tanpa sepengetahuan perempuan itu. Demi mempertahankan utuhnya sebuah keluarga ia terus mencari tahu keberadaan suaminya lewat teman-temannya. Akhirnya kepastianya didapatkannya lewat kata-kata Mas Richo sendiri bahwa ia telah menikah lagi. Richo Utomo adalah nama dari mantan suami perempuan itu. Dan ia pun harus jujur berkata bahwa ia terluka, sakit hati,
“Fuck you, Cho“, geram batin perempuan itu terucap juga melalui bibir mungilnya yang tipis bergincu merah muda .
Dalam hidup memang ada hal-hal yang tidak mesti bisa dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. Begitulah dengan keadaan perempuan itu. Pertanyaan- pertanyaan yang pernah timbul didalam hatinya, tidak semuanya bisa terjawab dengan mudah olehnya.
“Mengapa mas Richo mesti meninggalkan aku? Meninggalkan anak-anak yang manis-manis ini?. Mengapa dia tidak pernah mengatakan apa kekurangan dari ku?” perempuan itu terus berkeluh kesah dengan dirinya. Sepertinya ia tidak pantas untuk itu
Tiga bulan berlalu seiring dengan kepergian kekasih tercintanya, Ia ternyata masih mampu tetap bertahan. Nisa, anak gadisnya yang berumur 11 tahun menjadi penghubung antara mereka. Mas Richo tetap mensuplai uang belanja bulanan untuk mereka, untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari mereka. Namun itu hanya berlangsung enam bulan saja. Setelahnya ia, Mawar nama perempuan itu baru merasakan benar-benar kepergian suaminya tanpa pernah lagi berhubungan baik dengan ia maupun dengan anak-anaknya
Hari berlalu bulan berjalan hingga sampai genap bulan menuju tahun, Mawar, bukanlah perempuan yang bisa hidup dari kenangan masa lalu, ia lebih realistis dalam melihat dunia. Namun, Ia tetap memupuk kebencian sebagai pertahanan hidupnya. Pohon kebencian pada seseorang yang telah meninggalkannya sudah mengakar hingga kelubuk hati yang dalam. Ia adalah mawar yang sekarang adanya. Apapun adanya, ia mesti menghidupkan dirinya serta kedua anak-anaknya. Ia titipkan Anisah dan Aisah di kampung di rumah ibundanya. Dan setiap bulan ia menitipkan kebutuhan sehari-hari ke ibundanya di kampung.
Mawar jauh dari jelek, badannya seksi, tinggi semampai, rambut agak panjang, ia disukai banyak laki-laki. Nama panjangnya adalah Mawarti. Dan sepertinya ia sangat dikenal di tempat dimana ia tinggal. Ia mengontrak di sebuah rumah petak di suatu gang sempit yang kumuh. Ia tinggal di tempat yang padat penduduknya. Hampir setiap kali ia bisa mendapati orang-orang yang berpapasan dengannya menyapanya dengan sopan. Mawarpun mengerti sapaan yang demikian cuma basa basi saja untuknya, Ia cukup tahu dengan orang-orang tersebut, sepertinya mereka memperolok-olok hidupnya. Mawar pun tidak mau ambil pusing dengan perasaannya. Perasaannya sudah mati sejak kepergian orang yang dicintainnya. Mawar mengakui bahwa bulan-bulan pertama ketika Richo Utomo meninggalkannya sangat berat. Namun seiring waktu berjalan ia semakin kuat untuk membencinya. Nampaknya tabungan kebenciannya semakin melimpah Ia tinggal membelanjakan untuk kekayaan dirinya. Dan ia sadar serta mengakui bahwa doa-doanya sangat buruk bagi mantan suaminya itu. Ia sangat membencinya lebih dari apa dan siapapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
You Can give your comment for my posting and thanks of the comment.