Sejarah Peradaban Islam Jakarta :
Oleh : Joko Sarjono. SS
Pendahuluan
Saya sangat tertarik membaca tema lomba penulisan non-fiksi untuk Anggota Komppi, sebagai seorang “Islam Pemula” tentunya ini merupakan suatu tantangan bisa menuliskan kembali dari beberapa referensi buku-buku yang menjadi acuan penulisan tema di atas. Memang sulit, namun kita perlu juga memiliki keberanian untuk mencoba sambil memperdalam tentang sejarah islam khususnya sejarah peradaban islam Jakarta. Dengan memperdalam pemahaman tema tersebut, Kita bisa berkaca pada sejarah masa silam untuk menorehkan prestasi di masa yang akan datang. 1
Memahami istilah peradaban islam semula bisa dipahami islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa yang maju. Peradaban Islam dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan, dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang . 2.
Membaca tulisan Dr. Badri Yatim, M.A dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam menguatkan kita pada suatu yang patut dibanggakan bahwa landasan “peradaban Islam” adalah “ kebudayaan Islam” sementara landasan “kebudayaan Islam adalah agama . Dalam Islam tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama nonsamawi, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama islam adalah wahyu dari Tuhan. Dan juga Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama. Ia adalah suatu peradaban yang sempurna. Agama Islam menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan peradaban Islam. 3
Mendengar istilah kata Peradaban Islam Jakarta bila ditilik dari istilah kamus bahasa Indonesia mengacu pada kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin orang orang islam yang bermukim di Jakarta. Kemudian menjadi pertanyaan lebih jauh apakah orang-orang islam yang berdomisili di Jakarta memang sudah maju secara lahir batin. Tentu Islam tidak hanya dilihat dari aspek lahiriah namun mentalitas umat islam di Jakarta juga menentukan, mengingat Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia menjadi pusat kegiatan dari segala aspek kehidupan.
Pertanyaan lain juga bisa timbul seperti apakah penyebab timbulnya kebudayaan Jakarta(Betawi) adalah Agama Islam tentu saja hal ini menjadi menarik untuk dikaji lebih jauh menginggat agama bukanlah kebudayaan tetapi justru yang melahirkan kebudayaan. Lalu sudah sejauh mana warga Jakarta atau Kaum Betawi mencoba membangun peradaban islam di tanah Jakarta. 4
Sejarah Islam di Indonesia
Badri Yatim sulit menentukan pembabakan sejarah Islam di Indonesia karena wilayahnya cukup luas sehingga perkembangan sejarah antara satu daerah dan daerah lain berbeda-beda. 5
Perkembangan sejarah Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tampaknya memang khas Asia Tenggara. Ia tumbuh dan berkembang secara damai melalui dunia perdagangan, terlepas dari campur tangan kerajaan besar islam di Timur tangah atau kawasan lainnya. Oleh karena itu,kebudayaan dan peradabannya juga khas Indonesia
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia masih didominasi dua teori yang sudah klasik dan klise, serta disinyalir penulis buku ini mengandung penanaman ideologi otentisitas. Bias ideologi otentisitas itu kira-kira menyatakan, kalau Islam yang datang ke Nusantara bukan berasal dari tanah Arab atau Timur Tengah, maka nilai kesahihan dan ke-afdhal-annya akan dipertanyakan. Makanya, teori pertama tentang datangnya Islam di Nusantara menyatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang yang berasal dari Arab/Timur Tengah. Teori ini dikenal sebagai teori Arab, dan dipegang oleh Crawfurd, Niemann, de Holander. Bahkan Fazlur Rahman juga mengikuti mazhab ini. Kedua adalah teori India. Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari India. Pelopor mazhab ini adalah Pijnapel yang kemudian diteliti lebih lanjut oleh Snouck, Fatimi, Vlekke, Gonda, dan Schrieke. 6
Terlepas dari dua teori di atas, para sejarahwan umumnya melupakan satu komunitas yang juga memberikan kontribusi cukup besar atas berkembangnya Islam di Nusantara, khususnya Jawa. Mereka adalah komunitas Cina-muslim. Meskipun selama ini terdapat beberapa kajian tentang muslim Cina di Jawa, tapi uraiannya sangat terbatas, partikular dan spesifik (hanya menyakup aspek-aspek tertentu saja) di samping sumber-sumber yang dipakai untuk merekonstruksi sejarah juga masih terbatas. Makanya, sampai kini bisa dikatakan, belum ada satu karya ilmiah yang membahas secara ekstensif mengenai kontribusi muslim Cina di Indonesia.
Padahal, eksistensi Cina-muslim pada awal perkembangan Islam di Jawa tidak hanya ditunjukkan oleh kesaksian-kesaksian para pengelana asing, sumber-sumber Cina, teks lokal Jawa maupun tradisi lisan saja, melainkan juga dibuktikan pelbagai peninggalan purbakala Islam di Jawa. Ini mengisaratkan adanya Pengaruh Cina yang cukup kuat, sehingga menimbulkan dugaan bahwa pada bentangan abad ke-15/16 telah terjalin apa yang disebut Sino-Javanese Muslim Culture. Ukiran padas di masjid kuno Mantingan-Jepara, menara masjid pecinaan Banten, konstruksi pintu makam Sunan Giri di Gresik, arsitektur keraton Cirebon beserta taman Sunyaragi, konstruksi masjid Demak --terutama soko tatal penyangga masjid beserta lambang kura-kura, konstruksi masjid Sekayu di Semarang dan sebagainya, semuanya menunjukkan pengaruh budaya Cina yang cukup kuat. Bukti lain dapat ditambah dari dua bangunan masjid yang berdiri megah di Jakarta, yakni masjid Kali Angke 7 yang dihubungkan dengan Gouw Tjay dan Masjid Kebun Jeruk yang didirikan oleh Tamien Dosol Seeng dan Nyonya Cai. 8
Sejarah Kota Jakarta
Sejarah kota Jakarta erat hubungannya dengan kota pelabuhan Sunda Kelapa sabagai asal usul nya Kota Pelabuhan ini terletak di Teluk Jakarta, di muara sungai Ciliwung, merupakan pusat perdaganan yang sangat penting sejak abad 12 hingga 14.9
Begitu pentingnya kota pelabuhan ini, sehingga menarik perhatian orang-orang Portugis yang sejak tahun 1511 sudah bercokol di daratan Malaka. Keinginan orang Portugis ini ternyata mendapat sambutan baik dari raja Pajajaran yang kala ini menguasai Sunda Kelapa. Selain berkepentingan dalam soal perdagangan raja Pajajaran juga bermaksud minta bantuan kepada orang orang Portugis dalam menghadapi orang-orang Islam yang pada waktu itu pengikutnya sudah sangat banyak di Banten dan Cirebon. Adapun Demak, pada waktu itu sudah menjadi pusat kekuasaan Islam.
Perjanjian kerjasama ditandatangani pada tahun 1522 antara raja Pajajaran dan orang Portugis. Dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa orang Portugis dibolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Sebuah tugu dibangun di tepi sungai Ciliwung menandai perjanjian itu.
Namun perjanjian itu tidak dapat diterima oleh kerajaan Islam di Demak yang saat itu sedang berada di puncak kejayaannya. Sultan Demak mengirimkan bala tentaranya di bawah menantunya yang bernama Fatahillah. Pasukan Fatahillah menghancurkannya. Sisa-sisa armada Portugis melarikan diri ke Malaka. 10
Menandai hari kemenangannya itu Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang artinya “ kemenangan Berjaya:. Menurut perhitungan hal itu terjadi pada tanggan 22 Juni 1527. Itulah sebabnya hari tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dibawah Pemerintahan Fatahillah daerah kekuasaan Jayakarta makin meluas, bahkan sampai ke daerah Banten. Maka Bantenpun akhirnya menjadi kerajaan Islam
Islam Betawi /Jakarta
Islamisasi Jayakarta dimulai sejak Zaman Fatahillah, dan dilanjutkan oleh tentara Sultan Agung yang meskipun kalah dalam pertempuran melawan VOC, tetapi mereka berhasil mengokohkan institusi dakwah dan melahirkan surau-surau yang akhirnya pada abad XVIII berkembang menjadi masjid. Menurut Ridwan Saidi, masjid-masjid lama seperti Pekojan (1750), Masjid Angke (1760), Masjid Kampung Bandan dan masjid Luar Batang sebelumnya adalah langgar atau surau. Seperti orang-orang islam dari wilayah nusantara lainnya, orang Betawi mulai banyak menunaikan ibadah haji dan bermukim di Makkah sejak pertengahan abad ke-19. Bahkan menurut C. Snock Hurgronje diantara mereka terdapat seorang ulama Betawi yang menjadi Imam di Masjid Al Haram yang bernama Syaikh Junaid yang dimulai bermukim di Makkah pada tahun 1834 M. 11
Kepemimpinan Betawi pada hakekatnya berada di tengah ulama dan juga jawara atau pesilat. Hingga sekarang ulama , para haji dan juga habaib dikalangan msyarakat Betawi masih merupakan panutan utama mereka. 12
Dari beberapa kerajaan Islam yang eksis abad XVI hingga XX , memang tidak tercatat nama Betawi sebagai sebuah Kerajaan Islam. Betawi seringkali diidentikkan dengan sebuah etnik yang tumbuh dan berkembang dari berbagai akulturasi dan asimilasi dalam kurung waktu yang panjang. Orang Betai sebagai sebuah entitas etnik, dapat diketahui dari mitos yang berasal dari desa Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Orang Betawi adalah keturunan seorang pria islam keturnan Demak yang menikahi seorang wanita China. Cerita lengkapnya dituturkan melalui Riwayat Mak Kopi. Orang Betawi dan asal usulnya dalam sejarah terdapat dua pendapat utama. Pertama orang Betawi muncul berbarengan dengan dipergunakannya bahasa Melayu Betawi. Kelompok Kedua memandang orang betawi terbentuk dari berbagai kelompok etnik yang percampurannya telah dimulai sejak zaman kerajaan Sunda.
Etnik Betawi terbentuk antara tahun 1815 dan 1893. Karena latar belakang sejarah dan pesebaran lokasi, etnik Betawi terdiri dari bebrapa varian, Varian dominan adalah Betawi Kota, Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Perbedaan utama terletak pada lokasi serta aspek social budaya seperti pendidikan, pekerjaan dan identitas serta gaya hidup. Kini ketiga varian tersebut menyatu karena ketiuga factor pembeda ini semakin menyempit. Proses ini mulai terjadi pada titik balik kebetawian dalam proses rekacipta tradisi Betawi.Tali penyatu ini adalah agama Islam. 13
Orang Betawi merupakan masyarakat yang religious. Betawi dan Islam merupakan dua sisi dari keping mata uang, yang satu tak mungkin hadir tanpa yang lain, keduanya merupakan satu kesatuan. Seluruh aspek kehidupan orang Betawi diwarnai ajaran Islam.
Peradaban Islam Jakarta
Setidaknya ada dua sebab dan proses pertumbuhan peradaban Islam Jakarta , baik dari dalam maupun luar Islam. Dari dalam Islam, perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam Jakarta itu karena bersumber langsung dari Alquran dan Sunnah yang mempunyai kekuatan luar biasa. Sedangkan, dari luar Islam, peradaban Islam itu berkembang disebabkan proses penyebaran Islam yang dilandasi dengan semangat persatuan, perkembangan institusi negara,dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan Peradaban Islam yang dilandasi dengan semangat persatuan Islam telah ditanamkan Rasulullah SAW sejak awal perkembangan Islam di Timur Tengah. Kemudian, dalam praktiknya, seiring dengan makin luasnya wilayah kekuasaan Islam, gesekan atau kebudayaan masyarakat setempat mempengaruhi umat Islam untuk mengadopsi dan mewarnai peradaban lokal yang disesuaikan dengan ajaran Islam. Dari proses semacam inilah, peradaban Islam terus berkembang dari peradaban kebudayaan, bangunan, bahasa, adat istiadat, hingga pada ilmu pengetahuan.
Seiring dengan sangat cepatnya pertambahan penduduk Jakarta dan juga mobilitas penduduk Jakarta sekarang ini dibutuhkan kreativitas dan inovasi dalam membangkitkan semangat umat membangun peradaban Islam yang pernah Berjaya di masanya. Catatan: Komaruddin Hidayat, rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam itu, dibutuhkan kreativitas dan inovasi dalam membangkitkan semangat umat kembali.
Perkembangan peradaban Islam itu secara perlahan kini mulai kehilangan spirit (roh) Islam. ''Arus modernisme dan posmodernisme yang mengalir ke dunia Islam bersamaan dengan globalisasi telah mengakibatkan proses desakralisasi ilmu,'' ujar Hamid. 14
Menurut Weber, hal itu akibat dari disenchantment of nature dan deconsencration of value. Keduanya merupakan inti dari doktrin sekularisme. ''Dengan sekularisme, Muslim kehilangan spiritualitas dalam berbagai bidang yang pada gilirannya telah membuat hilangnya moralitas (adab),'' jelas Hamid.
Belum selesai proses sekularisasi tersebut, kini muncul pula liberalisme, yaitu liberalisasi yang diembuskan oleh Barat. Akibatnya, kata Hamid, intelektual seorang Muslim menjadi ikut berpikir ala Barat (westernisasi). ''Dunia Islam saat ini dikuasi oleh peradaban materi dan hedonisme,'' tegasnya. 15
Membangun Peradaban Islam Jakarta, harus dimulai dari para umat muslim itu, mereka harus berani belajar dari kesalahan dan mau mengkoreksi diri atas kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan syiar aagama islam.
Perkembangan Ilmu pengetahuan bisa juga dipakai saranan demi memajukan dunia islam di Jakarta, seperti telah merambahnya pemakaian computer dan internet justru bisa dipakai sebagaai sarana dakwah islam Yang lebih kreatif .
Penutup
Tentunya kajian tulisan ini bisa lebih jauh membahas apa yang bagaiman perkembangan islam di Jakarta, dalam tulisan ini saya lebih banyak menunukkan sejarah perkembangan Islam di Jakarta. Memgenai kaum intelektual atau ulama ulama Betawai tentunya banyak juga yang telah berperan besar dalam meletakkan dasar-dasar tentang keislaman di tanah Jakarta, Itu menjadi menarik juga untuk dikaji lebih jauh.
Saya mengucapkan banyak terimakasih atas kesediaan untuk membaca tulisan ini, tentu juga saya sangat menerima masukkannya
C a t a t a n
1 Al Isy, Yusuf Dinasty Abbasiyah, Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2007,hlm ix
2 Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 1993 ,hlm 2
3 Ibid., hlm 3
4 Ibid., hlm 3
5 Ibid., hlm 7
6 Husnil , Muhammad Rekonstruksi Sejarah Masuknya Islam Ke Jawa Husnil ,
Muhammad, Mahasiswa program internasional Mesir-Indonesia Fakultas
Filsafat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan staf redaksi
jurnal DIALOGIA, Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI cabang Ciputat.
7 Masjid Angke: sekarang Masjid ini bernama Masjid Al Anwar, Seorang ahli
sejarah yang berkebangsan Belanda, Dr. F. Dehan dalam bukumya Oud Batavia,
menulis, Masjid ini didirikan pada kamis tanggal 26 Sya’ban 1174 H yang
bertepatan dengan tanggal 2 April 1761 M, didirikan oleh seorang wanita
keturunan cina kaya yang kemudian menikah dengan seorang Banten,
8 Lihat juga sumber berita China dari catatan Ma Huan, seorang penulis yang
mengikuti perjalanan laksamana Cheng-Ho, Ia menyatakan melalui tulisannya
bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang
bertempat tinggal pantai utara Pulau Jawa
9 Menurut ensiklopedia, Wikipedia, Jakarta dijadikan tempat pemukiman sejak
2500 SM. Berdasarkan penggalian para ahli arkeologi, pemukiman ini terdapat
di tepi Sungai Ciliwung. Lantas, pada Abad ke-5, di kawasan ini ditemukan
prasasti Tugu yang diduga sebagai peninggalan Raja Tarumanegara. Pada abad
12, daerah ini berada dalam kekuasaan kerajaan Sunda, yang dibuktikan dengan
adanya pelabuhan Sunda Kelapa. Pada masa inilah daerah ini semakin ramai
karena berkumpulnya para pedagang dari berbagai Negara. Bahkan, negara
Portugis pun tertarik untuk bekerjasama dalam perdagangan dengan para raja
Sunda sekitar abad 17.
10 Setelah Raden Patah wafat. Takhta Kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus(1518-1512 M), setelah Adipati Unus wafat Sultan Trenggana memerintah
Demak (1521-1546). Dibawah pemerintahannya Kerajaan Demak mencapai masa
kejayaannya. Sultan Trenggana terus berusaha untuk memperluas daerah
kekuasaanya. Perluasan kekuasaannya itu ditujukan ke daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1522 M, Kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah(Faletehan). Daerah-daerah yang berhasil di kuasai nya
antara lain Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon . Penguasaan terhadap daerah
ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan Kerajaan
Pajajaran.
11 Jakarta Islamic Center, Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Jakarta, PPdPIJ
Jakarta Islamic Center,2009, hlm. 4
Namun ada hal yang menarik lagi dalam tulisan di www.eramuslim.com.
“Mengkritisi Peran Fatahillah di Jakarta oleh Borland Benarkah Fatahillah
merupakan seorang ulama yang membebaskan Jakarta?
Sejarawan Betawi Drs. Ridwan Saidi menolak keras anggapan ini. “Banyak
orang menganggap Fatahillah melakukan dakwah Islam di Jakarta. Ini tidak
beralasan dan tidak benar sama sekali. Sebelum Fatahillah datang, sudah ada
3.000 orang Betawi yang Muslim. Bahkan ketika Fatahilah datang menyerbu kota
ini, dia bersama pasukannya itu membumi-hanguskan kampung-kampung Muslim
Betawi. Ada sekitar 3.000 rumah Muslim Betawi yang dihanguskan.”
Bagi Muslim Betawi, Fatahillah itu penjahat. Dan tidak benar jika Fatahillah
ke Jakara ini dalam rangka dakwah Islam. Ini harus dikoreksi. Saya telah
meneliti sekian lama dan tidak pernah sedikit pun menemui sisa-sisa dakwah
Fatahillah di kota ini. Sampai sekarang ini rumah orang-orang Betawi
biasanya memajang poster Syekh Abdul Qadir al-Jilani atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Syekh Abdul Qadir Jaelani, juga poster Buroq, dan tidak
pernah ada rumah orang Betawi memajang poster Fatahillah atau sesuatu yang
berbau Cirebon atau Demak. Tradisi Islam yang ada di orang Betawi pun khas,
sama sekali tidak ada bau-bau Islamnya Cirebon. Saya berani berdebat dengan
siapa saja soal ini!” tegas Ridwan saat mengisi diskusi publik bertema
“Meluruskan Sejarah Islam di Indonesia” di IKIP Muhamadiyah Jakarta (28/5).
“Jadi, Fatahillah bukanlah pahlawan umat Islam Indonesia. Dia lebih tepat
disebut sebagai pahlawan Muslimnya Cirebon, bukan Muslim Jakarta. Kedatangan
Fatahillah berikut pasukannya dari Cirebon pada tahun 1527 semata-mata untuk
merebut pelabuhan Kalapa. Ia lalu membangun istana yang dikelilingi tembok
tinggi di tepi barat Kali Besar. Orang-orang Betawi yang sudah Muslim saat
itu, yang rumahnya berdiri di dekat istananya, diusir dan dibumi hanguskan.
Omong kosong besar Fatahillah berdakwah. Jejak dakwahnya sama sekali tidak
ada di ranah Betawi, ” lanjut Ridwan.
Ribuan unit rumah Muslim Betawi yang dibakar Fatahillah itu berada di Mandi
Racan, Pasar Ikan (lihat De Quoto, 1532).
Sebab itu, Ridwan sangat sedih jika tiap tanggal 22 Juni, pemerintah
merayakannya sebagai Hari Lahir Kota Jakarta. “Itu adalah hari pembumi-
hangusan ribuan rumah Muslim Betawi. Juga hari terbunuhnya Syahbandar Wak
Item yang juga seorang Muslim Betawi, ” ujar Ridwan.
Lantas siapa yang mengIslamkan Jakarta? Menurut penelitian Ridwan, sejak
awal abad masehi, sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, para pedagang Arab
telah melakukan perdagangan di Jakarta sehingga sebelum Islam datang di
tanah ini. Ini berarti orang Betawi asli sudah mengenal istilah-istilah Arab
sebelum Hindu dan Budha hadir di Jawa. Kerajaan Tarumanegara saja baru
berdiri di abad ke V Masehi atau sekiar tahun 400-an Masehi.
“Kata-kata seperti alim, kramat, adat, kubur, dan sebagainya sudah dikenal
di Jakarta sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, ” tegasnya.
Salah satu buktinya adalah prasasti Batu Jaya di Bekasi, sebelah timur
pantai Pakis Jaya yang berumur lebih tua ketimbang situs Tarumanegara. “Di
batu-batu itu terdapat ragam hias yang tidak ada sama sekali nuansa India,
apalagi Cina. Saya amat terkejut ketika mendapati ragam hias ornamen di Batu
Jaya itu lebih mirip ornamen Arab. Ini salah satu bukti saja, masih banyak
yang lain, ” ujar Ridwan.
Beberapa sumber yang layak untuk ditelusuri lebih jauh adalah kitab Agryppa
dari Claudius Ptelomius, lalu naskah Wangsakerta yang menyebut adanya Krajan
(bukan kerajaan) bernama Salakanagara, Aki Tirem, dan sebagainya. “Ini temuan
saya dan saya siap berdebat soal Fatahillah ini dengan siapa saja, ” tegas
Ridwan. (rizki)
12 Jakarta Islamic Center, Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Jakarta, PPdPIJ
Jakarta Islamic Center,2009, hlm. 6
13 Jakarta Islamic Center, Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Jakarta, PPdPIJ
Jakarta Islamic Center,2009, hlm. 12-13
14 Penyaatan ini bisa mengundang minat pengkajian lebih jauh bahkan bisa
menjadi topic bahasan yang menarik
15 Catatan: Hamid Fahmy Zarkasyi Direktur Institute for the Study of Islamic
Thought and Civilization (INSISTS),
DAFTAR PUSTAKA
1. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993
2. Jakarta Islamic Center, Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Jakarta, PPdPIJ Jakarta Islamic Center,2009
3. Al Isy, Yusuf Dinasty Abbasiyah, Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2007
4. Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa; Bongkar Sejarah Atas Peranan Tionghoa Dalam Penyebaran Agama Islam Di Nusantara Abad XV&XVI INSPEAL dan INTI, Nopember 2003
5. Baqir Zein, Abdul, Masjid Masjid Bersejarah di Indonesia, Jakarta:Gema Insani, 1999
6. Husnil , Muhammad Rekonstruksi Sejarah Masuknya Islam Ke Jawa Husnil , Muhammad, Mahasiswa program internasional Mesir-Indonesia Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan staf redaksi jurnal DIALOGIA, Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI cabang Ciputat.
7. Badrika, I Wayan Sejarah Nasional Indonesia dan Umum,Jakarta: Erlangga, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
You Can give your comment for my posting and thanks of the comment.